Strategi belanda kuasai Bojonegoro yang damai

blogger bojonegoro
titik awal penelusuran di alun-alun Bojonegoro

Siang itu Bojonegoro cukup terik. Tapi hal itu tidak mempengaruhi alun-alun kota Bojonegoro. Patung lettu suyitno masih berdiri gagah dengan sebilah samurai di pinggang kiri dan pohon-pohon rindang di sekeliling. Tepat di sebelah timur ada segerombolan pemuda-pemudi yang membentuk lingkaran. Ya merekalah peserta “menjoesoeri bodjonegoro toea” yang mempersiapkan untuk membuka kembali sejarah lama tentang Bojonegoro tempo dulu.

Dengan sebuah pita di dada obrolanpun dimulai. Berawal dari letak geografis, sejarah dari catatan-catatan dan juga cerita lama. Taufiqur rohman salah seorang pemerhati sejarah mengawali cerita siang itu. Bojonegoro merupakan kota yang paling damai. Bahkan dulu Bojonegoro dianggap kota para pensiun. Belum lama Indonesia di guncang oleh era reformasi dimana rezim Suharto di gulingkan. Dan saat itupun terjadi penjarahan dimana-mana kususnya kota-kota besar. Tetapi lagi-lagi kota Bojonegoropun sepertinya tidak mudah terpengaruh.

Sebelum wujud tata kota terbentuk sedemikian rupa, Bojonegoro kota  ibarat sebuah pulau yang di apit oleh bengawan. Di era sebelum belanda datang, bengawan solo  pada posisi di wilayah jetak terbagi dua aliran dan bertemu kembali di wilayah banjarejo. Hal itu di buktikan dengan adanya sisa-sisa anak sungai yang banyak dan juga tanggul yang ada di sekitaran klangon. Setelah belanda datang dan ingin menguasai Bojonegoro. Merekapun membuat pemerintah tandingan. Di ceritakan pada waktu itu kota Bojonegoro masih di pimpin oleh beberapa pemerintahan salah satunya berada di kedhaton kapas.

Karena siasat Belanda untuk menguasai daerah Bojonegoro secara total, maka pada waktu itu merekapun berinisiatif menutup jalur bengawan solo sebelah selatan yang melewati klangon. Hingga akhirnya banyak masyarakat yang enggan untuk ke kawasan kedhaton dan beralih wilayah bentukan belanda yang di anggap lebih mudah di jangkau dan menguntungkan.

Di pusat pemerintahan tandingan yang di bentuk belanda sendiri sudah tertata sedemikian rupa. Disisi utara terletak pasar sebagai pusat perekonomian dan telah mengkotak-kotakkan kawasan penduduk. Hal ini bisa dilihat banyak masyarakat dari keturunan cina yang bertempat tinggal di sekitaran timur pasar seperti jl. Hayam wuruk, jaksa agung suprapto. dan untuk kaum arab sendiri berada di sekitaran kauman atau sekitaran masjid Darussalam. Pemerintah belanda sendiri menjadikan pusat control itu berada di kantor satlantas saat ini. Lokasi ini dianggap strategis karena dekat dengan pasar, bengawan solo yang digunakan sebagai tempat perhentian transportasi utama pada waktu itu. Serta mudahnya mengontrol penduduk baik dari kawasan pecinan, arab atau pribumi.

Tidak hanya berhenti di situ Belandapun membentuk tangsi-tangsi atau barak-barak tentara di kawasan timur bengawan solo (saat ini polres Bojonegoro). Taufiq menambahkan ketika masa kecil dulu banyak masyarakat yang menyebut kawasan polres ini dengan sebutan “tangsi londo” yang berarti barak para tentara belanda. Lokasi ini dianggap strategis karena pada masa-masa pejuang gerilyawan, serangan-serangan tersebut berasal dari arah selatan dan barat. Seperti halnya serangan dari pasukan Diponegoro dan Jendral Sudirman.

Tidak di pungkiri tata letak yang di desain sedemikian rupa oleh belanda cukup berdampak baik bagi mereka dan juga para pedagang-pedagang dari keturunan china dan arab. tetapi tetap bangsa pribumi masih di anak tirikan. Bukti-bukti sejarah itu masih terlihat dari kemegahan rumah-rumah yang ada di kawasan pecinan kini. Kang iwan.

Kontak Kami

Admin KIM Deru maju
Jl. Dharma Bhakti Gg. Jaga baya No 110 Desa Deru Kec. Sumberrejo. Kab. Bojonegoro Jawa Timur. 62191
Telp/Sms/Wa 081554793036

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.